Senin, 23 April 2012

Cinta Karena Allah (cerpen)

setelah hampir 4 bulan saya ga ngurus blog. sekarang mau ngepost cerpen karya saya sendiri. cerpen yang berjudulkan "Cinta Karena Allah" ini pemainnya salah satu finalis Idola Cilik. yah karena berhubung saya suka Idola Cilik juga, cerpen ini terinspirasi dari kegiatan sehari-hari di sekolah, dan orang-orang terdekat saya yang selalu mengajarkan saya bahwa tanpa pacaran itu nggak akan buat kita menderita kok. malahan akan terasa lebih indah jika kita itu mencintai seseorang karena Allah. oke deh langsung saja.



               

CINTA KARENA ALLAH


                Suara gemericik hujan masih terus terdengar di telingaku pertanda hujan belum juga redah. Dalam hati sedikt kesal karena hujan pulangku jadi tertunda. Dan dengan berat hari aku menunggu dihalte seorang diri, kaki ku kuayunkan seolah memberi suasana yang asyik untuk diriku sendiri. Namun suara derap langkah seseorang membuatku ,menghentikan kegiatanku yang tak penting ini. Kuarahkan pandangan ku ke sumber suara, yang mulai melangkah menuju halte tempat aku menunggu hujan reda. Hah rupanya dia bernasib sama dengan ku. Dengan kedua tangannya ia mengibas rambutnya yang sedikit basah, dan kemudian duduk agak jauh dari tempatku
               



Aku hanya diam, begitupun dengannya, meskipu aku tau dia itu adlah teman sekelasku, dan diam-diam aku pun mencintainya tapi sebisa mungkin kusembunyikan agar dia tidak mengetauhuinya. Ddan aku mencoba mencintainya dalam diam tanpa ada seorang pun yang tau. Setelah kupastikan hujan sudah cukup redah, kuptuska untuk segera pulang. Sambil ,merapikan rok aku pun pulang dan tak lupa aku menegurnya.
“aku duluan ya” kata ku dan ia hanya menjawabnya dengan senyuman.
Tahukan, aku sangat mencintainya walaupun ia tak tau perasaan ku namun aku tak mau perasaan ku itu diketahui olehnya aku takut ia akan menjauhiku setelah ia mengetahui perasaan ku yang sebenarnya...
                Seperti hari ini saat aku ke sekolah,awalnya aku menduga sekolah mungkin sudah sangat ramia, namun perkiraan ku ternyata salah tak ada satu pun orang berkeliaran di lapangan. Kaki ku terus berjalan menyusuri koridor sekolah langkah ku terhenti saat aku msuk ke dalam kelas dan mendapatinya sedang duduk manis bersama laptop di hadapannya.
“assalamu’alaikum” kata ku mengucapkan salam dengan seulas senyum
“wa’alaikum salam” jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari laptop di hadapannya.
Setelah aku meletakkan tas aku dan dia pun diam sama-sama tak ada yang berbicara, aku sibuk dengan pikiran ku sendiri sedangkan dia sibuk dengan laptopnya.
Setalah aku cukup larut dalam fikiran ku, tba terdengar suara yang begitu khas mengusik indra pendengaran ku.
“tumben datangnya pagi” serunya dari seberang sana.
Sungguh aku tak perah menduga dia akan berbicara pada ku, rasa senang datang menyeruak mengisi rongga dada ku. Tanpa sungkan aku menjawabnya dengan tertawa kecil yang membuatnya pun ikut tertawa bersama ku, suara tawa yang khas itu sungguh menyejukan hati.
“jawab dong kok ketawa” ucapnya disela-sela tawanya
“yeeee, emang salah ya aku datang cepat” kataku mencoba membela diri
“ya ga sih” katanya yang langsung diiringi derai tawanya.
Lama kami berbincang sampai tak menyadari kelas mulai terisi oleh siswa-siswa yang lain
“eh, pagi-pagi udah PDKT aja lo”terdengar suara ify sahabatku saat ia meletakkan tasnya dan duduk disampingku.
“yaelah fy Cuma ngobrol biasa doang” kata ku
“tapi lo seneng kan cha... eciieeee” kata ify menggoda sambil mencuil hidungku,
Ingin sekali rasanya membalas godaan ify tapi bel telah berbunyi dan memaksa diri ku untuk tidak menghujami ify dengan omelan ku

Suara deringan bel terdengar begitu nyaring hingga membuat murid mengucap rasa syukur dan bersorak gembira. Dan tak ubahnya dengan diri ku, seharian berkutatd dengan pelajaran membuat ku sedikit pusing.
Kuraup semua alat tulis ku dan kujejalkan semuanya dlam tas.
“cha gue duluan ya”kata ify berlalu pulang bersma pacarnya rio.
“ok, hati-hati ya fy” jawab ku. Setelah ify pulang lebih awal dan memandang kepergiannya hingga tak nampak di ujung koridor.
 Aku bergegas pulang dan seperti biasa aku selalu menunggu jemputan ku di halte. Menunggu jemputan emang membosankan apalagi kalau sepi seperti ini, tak ada hal yang bisa aku lakukan, aku hanya menatap orang-orang yang berlalu lalang di hadapan ku
“eh, kok belum pulang” terdengar suara seseorang,
Rupanya itu dia yang sedang duduk manis di motornya
“aku lagi nunggu jemputan” jawab ku singkat
“oh yaudah gue duluan ya, assalamu’alaikum”
“wa’alaikum salam”jawwab ku sambil menatap kepergiannya hingga menghilang di perempatan


                Pagi yang indah untuk mengawali hari, membuatku bersemangat untuk menjalani hari ini, seperti biasa sebelum jam setengah 7  pagi aku sudah  siap berangkat sekolah, dan setelah sampai di sekolah lagi-lagi aku mendapatinya berada di kelas bersama dengan laptopnya. Pagi banget dia datangnya, fikirku dalam hati. Tak lupa saat masuk ku ucapkan salam, dan sepeti biasa pula ia selalu menjawabnya, aku jadi merasa senang. Toh itu juga sudah menjadi kewajibannya. Tak ada sapaan darinya pagi ini, aku mencoba biasa saja dan lebih memilih membaca buku biologi dan aku mulai sibuk dengan kegiatan ku.
                Bel pertanda istirahat telah berbunyu sekitar 5 menit yang lalu, tak niat ke kantin padahal Ify sudah bekerja keras membujuk ku. Karena merasa bosan di kelas aku memilih duduk di luar saja, sambil menikmati suasana sekolah aku melantunkan sebuah lagu, karena memang aku juga hobi bernyanyi.
“suara kamu bagus” aku mendapatinya yang tengah duduk manis di samping ku. Sejak kapan dia berada disini, huh entahlah mungkin karena aku terlalu larut dalam nyanyianku.
“hehehe, terimakasih” jawabku sambil terkekeh
“kenapa ga jadi penyanyi aja” ucapnya sambil menatap lurus kedepan
“hah? Ngapain jadi penyanyi, cewe kayak aku tuh ga cocok jadi penyanyi” kata ku
“siapa bilang, cocok kok”katanya meyakinkan.
Aku hanya tersenyum lalu mulai berkata lagi
“ga ada minat jadi penyanyi, sekali pun suara ku bagus. Aku tuh pengennya jadi hafizah, agar tiap2 ayat yang ku baca selalu membawa berkah untuk diriku dan orang lain” kata ku dan itu sepenuhnya dengan hati ku, karena semua yang ku katakan benar.
“mimpi kamu bagus, aku salut sama kamu, jarang bgt lho ada cewe yang mimpinya kayak kamu” ktanya yang kini tengah menatapku dengan senyum tulusnya
“iya makasih” jawab ku singkat dan mengakhiri pembicaraan saat itu karena bel pertanda pelajaran dimulai telah berbunyi nyaring.
“masuk yuk” kata ku padanya yang kini telah terlebih dahulu masuk yang dibalas anggukan kecil olehnya.

````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````
“sebelumnya kamu udh pernah pacaran ga sih cha” ify bertanya padaku, saat aku dan ify sedang mengerjakan PR dirumah,
Aku cukup kaget dan aku hanya menggeleng sebagai jawaban bahwa aku tidak pernah berpacaran
“ais, becanda lo”
Aku menggeleng lagi
“cha cha, udah 1 SMA jg, kenpa ga mau pacaran sih?” tanya ify lagi.
Sungguh pertnyaan yang  sulit untuk bisa kujawab “ga mau aja fy” jawab ku seadanya
“ya terus kenapa?” ify mulai memberondong ku dengan berbagai pertanyaannya itu.
Aku menghela napas,
“takut aja fy, lagian pacaran ga ada untungnya” jawabku lagi, tpi ify tetap sja ga ngerti, aduuh gila ya
“bisa-bisa ga nikah entar lo”
Sialan si ify, perkataan itu kan do’a. Aduh amit-amit jangan sampai Ya Allah.
“ye ga bsa gitu dong” aku membela diri
“ya bisa aja dong secara lo nya sendiri belum pernah pacaran, liat dong gue sma rio” ucap ify
“lo mah rio doang, tiap hari rioooooo mulu, gue yang liat aja bosan” kata ku, yang langsung membeut ify geram..
“hahaha, muka lo kusut amat. Walaupun ga pernha pcaran nih ya, tapi jujur gue juga suka sama orang” kata ku jujur pada ify, yah walaupun aku baru mengenal ify sejak 5 bulan yang lalu saat aku resmi menjadi anak SMA, ify nampak gaket dengan kata-kata ku tadi
“ceilaaaah, emang siapa orangnya” ify menggodaku “ozy yah”lanjutnya lagi masih dengan tampang menggodanya
“ada deh, hanya aku dan Allah yang tau” kata ku sambil tersenyum
“tapi kalau emang sukanya sama Ozy nggak apa-apa kok Cha, lagian dianya cakep, baik juga sama kamu” ify terlihat begitu bersemangat membicarakan Ozy, aku hanya tersenyum karena sebenarnya yang aku suka adalah memang benar Ozy, lantas kenapa aku tidak berpacaran? Karena bagiku mencintai nggak mesti harus dimiliki seutuhnya.
“ada-ada saja kamu” kataku sambil berlalu meninggalkan Ify
“eh mau kemana? Tungguin Cha..” kata Ify yang kini berlari mengejarku menuju apur.


 Ternyata aku memang harus menerima kenyataan ini, kenyataan yang sangat menyakitkan hatiku saat aku tahu orang yang aku suka telah menjadi milik orang lain. Kecewa memang, tapi siapa sih aku, aku ini hanya gadis biasa yang nggak bias bergaul. Sungguh aku sangat mencintai, mencintainya karena Allah. Ya Allah hilangkan perasaan ini sejenak, aku mohon ya Allah. Sungguh aku tak pantas mencintainya karena dia bukan milikkku.
Hari-hari pun berlalu begitu cepat, seiring berjalannya waktu aku terus mencoba membuang jauh-jauh perasaan ku padanya. Bukan karena apa, tapi karena dia telah menjadi milik orang lain. Kalau aku terus memiliki perasaan itu, aku akan menjadi orang yang benar-benar jahat didunia ini karena dengan teganya mencintai milik orang lain. Kini aku sudah bias mengiklaskan dia dengan orang lain dan perasaan itu sudah aku buang jauh-jauh, walaupun belum sepenuhnya karena bagiku melihat orang yang kita saying bahagia itu justru jauh lebih indah, walaupun terkadang sangat menyakitkan.
Tapi entah mengapa setelah sekian lama berusaha membuang rasa cintaku padanya, sekarang tiba-tiba muncul lagi, ada apa ini ya tuhan, bisik ku dalam hati.
“kamu kenapa?” Tanya seseorang yang membuatku cukup kaget “kok dari tadi istigfar mulu” sambung orrang itu lagi, itu dia Ozy, yang kini tengah duduk disampingku. Aku hanya menggeleng pelan sebagai jawaban aku tidak apa-apa. Dan untung saja dia mengerti
“ya sudah tenangin diri kamu ya”katanya sambil menepuk bahuku dan melangkah pergi.
Aku menatap kepergiannya. Huft, kenapa dia selalu perhatian seperti itu, gerutuku sambil meghentak-hntakkan kaki dan sesekali menendang tiang yang ada disebelahku
“wes, udah sarap neng, sakit tau nendang tiang” kata ify saat melihat tingkah ku
Yah aku tahu, yang kulakukan ini hal paling bodoh didunia, tapi itulah cara ku meluapkan rasa kesalku karena perasaan ini dating lagi.
“biasa aja Fy muka mu jangan begitu”kata ku sambil manyun dan Ify dia hanya geleng-geleng  lantas masuk kembali kedalam kelas. Tinggallah aku sendiri didepan kelas sambil menatap pepohonan yang sesekali bergerak karena tiupan angina. Memang Allah itu maha kuasa, mampu melakukan segalanya sampai Allah bias membolak balikkan hati manusia. Subhanallah maha suci Allah.

Kristal itu jatuh satu persatu membasahi bumi pertiwi, tampak bumi kini berselimut awan hitam nan pekat, kini hujan pun seakan mengerti perasaanku, perasaan betapa aku tak bsa menghilangkan rasa ini bahwa aku mencintainya. Ku pejamkan mataku berharap tuhan memberiku sedikit kekuatan.
“ehm” suara deheman seseorang mengagetkan ku, lantas mataku yang tadi kupejamkan sontak terbuka dan melihat si empunya suara. Ternyata itu dia, dan lagi-lagi dia dating
“ngapain disini” kataku sambil mengernyitkan dahi. Sontak ia tertawa kecil,
“ya berteduhlah kan lagi hujam” jawab ozy yang masih diiringi derai tawanya yang khas. Dan aku hanya meng-Oh saja, dan sejurus kemudian aku pun diam berusaha menahan gejolak hati yang terus bergemuruh
“ehm, ku dengar kau belum pernah berpacaran” tiba-tiba dia membuka kembali percakapan yang sempat terhenti.
Aku hanya mendengus tanpa menjawab pertanyaan bodohnya itu, bias kulihat raut wajahnya yang sedikit mengkerut karena aku tak mengubris pertanyaan tadi
“kenapa kamu nggak jawab pertanyaan ku?” katanya lagi.
Aku menghembuskan napas lalu bergegas pergi karena kurasa pertanyaannya tak perlu dan tak harus kujawab, lagian apa untungnnya buat dia.kulangkahkann kaki ku utnuk segera pergi meski pun aku tahu hujan disana masih terlihat sangat deras, belum sempat kaki ku melangkah jauh tiba-tiba kurasaakan genggamanna kini memeluk lengan ku erat bahkan sangat erat
“jangan pergi dulu” ucapnya lirih dan menunduk “tetaplah disini dan beritahu aku”lanjutnya
Aku segera menarik lenganku, tak baik seorang laki-laki memegang tangan wanita apalagi bukan mahromnya “ kok sampe sebegitu penasarannya sih?” Tanya ku
“yah aku pengen tahu aja, apa alasannya?” ucapnya
Akupun kembali duduk ditempat ku semula untuk mulai memberitahunya seperti yang ku lakukan pada ify tempo lalu.
“aku takut berpacaran, karena aku nggak mau rasa ku yang kupunya kepada makhluk melebihi rasa cintaku kepada tuhan ku” kata ku.
Nampak dia hanya diam seprti sedang memikirkan sesuatu
“tapi, kamu juga mencintai seseorang kan?” ucapanya setelah lama berfikir.
Lagi-lagi aku tak tahu harus menjawab apa dan entah aku mendapat kekuatan dari mana tiba-tiba aku berani menyarakan isi hati dengan laki-laki ini
Aku mengangguk, “ iya, sebagai manusia, aku juga mencintai seseorang. Dan kau tahu? Aku mencintainya karena Allah bukan karena napsu” aku mengakhiri pengakuan suara hatiku sambil menatap lurus kedepan  memerhatikan tetes demi tetes hujan yang turun membasahi bumi, lalu kemudian melangkah pergi meninggalkannnya bersama dengan jejak-jejak langkah ku.
Aku terus berjalan diantara rinai-rinai hujan yang masih terus berjatuhan membasahi tubuhku  yanh semakin lama semakin kian kian menjauh meninggalkan dirinya yang masih duduk terpaku.



Hari-hari pun mualai berganti tapi Ozy tidak akan tergantikan karena aku mencintainya karena Allah. Sebuah rasa yang didasari atas nama Allah .
Aku masih terus berjalan menyusuri deretan buku-buku yang tersusun rapi diraknya. Sudah hamper 15 menit aku berada di took ininamun tak kunjung juga aku menemukan buku yang lebih menarik untuk diriku, maklum aku juga merupakan anak yang gila baca, karena membanca itu jendela dunia bukan? Aku masih terus berjalan sampai akhirnya aku menemukan sebuah buku yang menarik, tepatnya novel. Novel itu berjudulkan Surat Kecil Untuk tuhan, sebuah novel karya agnes davanor yang diangkat dari kisah nyata seorang gadis cantik yang divonis kanker jaringan lunak. Belum sempat aku mengambil novel itu tiba-tiba seseorang telah mengambilnya terlebih dahulu. Aku mendengus kesal, karena novelnya hanya tinggal satu tersisa. Harapanku untuk memiliki novel itu hilanglah sudah setelah cukup lama aku berkeliling di tempat ini . tapi aku tak mau menyerah, masa iya aku yang lihat duluan terus dengan gampang orang lain mengambilnya
“hei, tadi aku yang lihat pertama novel itu”kata ku
“yeee, aku yang ngambil duluan kok, siapa cepat dia dapat” jawabnya,
“ish, tapi aku yang lihat duluan Ozy”kata ku nyolot, yah orang yang mengambil novel itu Ozy. Tapi jangan mentang-mentang aku suka sama dia jadi aku merekan novel itu padanya. Oh tidak bias..
“acha, tapi aku yang ngambil duluan”katanya sok lembut
“pokonya aku nggak mau tau,  ovel ini buat aku” kata ku lalu merebut novel itu dari tangannya, lalu ku berikan padanya novel yang lain yang menurutku sih cukup menarik untuk orang seperti Ozy.
“yaudah deh, buat Ach apa sih yang nggak” katanya sambil menggoda ku dengan mengakat kedua alisnya
‘iss gombal” kata ku lalu melangkah menuju kasir dan menbayar novel tersebut.
Dapat kulihat Ozy juga tengah menuju kasir dan sekarang tepat berada disampingku. Aku hanya menddengus, kulirik dirinya lekat-lekat dan aku tersentak kaget, karena mendapatinya yang sedang memegang buku yang tadi kuberikan padanya, padahalkan buku itu bukan dia banget. Tapi yasudah lah…..
Setelah aku selesai membayar aku segera pergi meninggalkan took itu, tapi lihat Ozy mengikutiku, sebenarnya apa sih maunya dia. Kemudian aku menghentikan langkahku dan berbalik menatapnya
“kok kamu ngikutin aku?” kata ku ketus
Ozy Nampak salah tingkah sambil menggaruk belakang kepalanya yang mungkin tidak gatal.
“hehehehe, pengen aja ngikutin kamu” katanya sambil diiringi cengiran lebarnya
“udah deh aku mau pulang, assalamu’alaikum” kata ku grmas dengan tingkah ozy. Entah kenapa akhir0akhir aku jauh lebih cerewt ketika bertemu Ozy, apa karena  tingkahnya yang kian hati kian konyol.
“eh eh, ikut aku aja dulu, nanti aku antarin kamu pulang deh”kata Ozy sambil berlari mengejarku dan tiba menarik tanganku tanpa persetujuan, gila aja sudah dua kali Ozy main pegang-pegang gitu.
Kemudian Ozy membawaku kesuatu tempat, sepertisebuah taman. Kemudian dia menuntunku utuk duduk di salah satu kursi yang ada disana
“duduk sana aja Cha” katanya. Aku hanya  menurutinya saja, dan berjalan bersamanya ke tempat yang ia maksud.
Kurebahkan tubuhku diatas kursi kayu tersebut yang mulai Nampak rapuh dimakan waktu, setelah kuoastikan posisi ku nyaman. Kualihkan pandanganku pada Ozi yang kini duduk tepat disamping kanan ku
“ngapain ajak aku kesini, mau ngomongin apa?” kata ku cukup tajam dan mampu membuatnya salh tingkah
“mmmmmm……….. anu…., itu….. aduh gimana ya” katany sambil diiringi cengiran lebarnya
“anu apa? “ Ucapku tak mengerti dengan maksud perkataannya tadi.
Kulihat ia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan,seolah mengumpulkan segenap tenaganya
“huufft, aku mau ngomong sama kamu tentang……” ucapnya terputus yang kini tengah menatap lurus kedepan. Nampaknya dia mulai serius dan aku pun mulai seksama memperhatikannya, memperhatikan lekuk wajahnya yang indah
“perasaan ku padamu…….. sebenarnya aku saying sama kamu Cha, sayaaaaaaaaaaaaang banget, entah kenapa kok bias begini ya.”lanjutnya. dan kini ia tak lagi menatap kedepan melainkan menggeserkan tubuhnya kesamping kiri dan menatap mata ku sangat dalam. Lantas aku tak mau membalas menatap matanya.
Saat mendengar pengakuannya aku sangat kaget,ternyata rasa yang kupunya tak bertepu sebelah tangan
“kamu….” Kata ku seperti tak mampu mengucapkan kata-kata
“aku tahu kamu kaget Cha, aku nggak minta sama kamu untuk membalas perasaan ku ini atau dengan lancangnya memintamu menjadi pacarku. Aku Cuma ingin kamu tahu tentnang perasaan ku. Itu saja” ucapnya lagi..
Ya tuhan apa yang harus aku lakukan? Sungguh aku sangat mencintainya, tapi apakah aku benar-benar pantas untuknya?
“kalau boleh jujur dan maaf jika nantinya ada yang tersakiti. Sebenarnya perasaanmu itu sama dengan perasaan yang aku punya buat kamu” kata ku.dan membuat Ozy kaget.
“bener Cha” Tanya memastikan. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban aku tidak berbohong. Dia Nampak tersenym, tersenyum dengan caranya yang khas
“tapi aku nggak bias membalas perasaan mu. Aku tahu dan aku juga sadar kalau kamu sudah jadi milim orang lain” kata ku yang masih bertahan tetap tak mau menatapnya.
“maksud kamu?” ozy namapka bingung . kerutan didahinya pun mualia tercipta pertanda bahwa dia tak mengerti dengan maksud ucapan ku tadi.
“keke” jawabku datar, dan pelan nyaris tak terdengar oleh Ozy. Ozy hanya terkekeh kecil mendengar penuturan ku tiu
“aku dan dia udah nggaj ada hubungan apa-apa. Lagian sebelum aku pcaran cama dia aku sudah lebih dulu menyayangimuaaaaaaaaaaa” lagi-lagi aku daim seribu bahasa saat ozy mengucapkan kata-kata itu, entah apa yang harus aku lakuakan. Akhirnya aku hanya memilih diam, menunggunya untuk mulai berbicara kembali
“kamu percaya akukan?” Ozy kini bertanya padaku, akupun mengangguk. Aku percaya sepenuhnya padanya
“tapi maaf, aku tak bias membalas perasaan mu Zy, meskipun aku juga saying sama kau. Itu karena aku mencintaimu karena Allah, tanpa berpacaran itu lebih baik dimata Allah” ucapku. Nampak dia tersenyum. Sungguh taka da kekecewaan yang terpancar dari wajahnya, seolah dia mengerti dengan apa yang aku ucapakan
“nggak apa-apa cha, tapi izinkan aku untuk bias menjagamu, menyangimu, dan mencintai mu karena Allah. Aku janji, aku akan menjaga hatiku sampai kau benar-benar menjadi milikku” ucapnya penuh keyakinan, taka da keraguan dari kata-katanya. Yang membuat ku sungguh bahagia dicintai oleh orang yang benar-benar mencintaiku karena Allah dan bukan kerena nafsu.
“iya Zy, aku pegang janji mu. Aku pegang hati mu agar tetap tertaut dengan hatiku” Ozy tersenyum saat mendengar jawaban ku. Sungguh wajahnya kini memancarkan kegembiraan hingga senyumannya pun tak henti-hentinya terkembang saat mendengar jawaban ku tadi. Yang menurutku bukan jawaban yang tepat atau yang sama seperti seseorang di sebuah Sinetron saat menyatakan perasaan pada kekasihnya
“makasih Cha” ucapnya. Kebahagiaan pun makin terus terpancar dari sudut matanya saat ini.
Dan semoga akan terus begitu sampai saatnya tiba. Saat aku benar-benar menjadi milik Ozy seutuhnya.
Ya Allah kini aku bersyukur, dirinya mencintaiku karena mu, bukan malah mencintaiku karena nafsunya.ku mohon padamu Ya Allah jagalah hatinya untukku, dan jagalah hatiku hanya untuknya sampai dia benar-benar menjadi milikku

Love you Couse Allah.. ^_^

The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar